filsuf cinta

Selasa, 25 Oktober 2011

puisi

Syukur

Kupandangi langit ku tatap mega dan di silau mentari
Kucari wajah tuhan di antara kilat dan ledakan halilintar
Kurasakan kasihNYA dalam pada semilir angin malam
Tak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukur
Walau yang terhidang di piring hanyalah krikil dan rating kayau
Besarkan Allah dan kecilkan dunia niscaya alam semesta ini akan mengejar ngejar kita
Mengikuti arah angin yang tak menentu atau ikuti arah air yang berjalan pada aliranya


Jiwa gelisah
Wahai jiwa jiwa yang gelisa !
Tenang tenaglah sepirti karang kokoh walau terus di terjang
Gak usah membukuk bungkuk
Basu saja luka luka tempo hari
Kekalahan di medan tempur mengukap betapa beratnya perjuangan
Aku lihat jelas di wajah mu
Nanah nanah putih berbuih
Masih jauh jalan yang harus kita tempuh
Teguklah dulu darah merah para pendosa
Sebelum para pendosa hentikan langkah kita

Wahai jiwa jiwa yg gelisah
Lewati saja lorong gelap dan jurang kelok berbatu ini
Capailah cahaya temui fajar
Jangan biarkan waktu kalah kan kita
Jangan biarkan metari pamit tampa kita temui
Ini pejalan dan perjuangan
Hambatan ini bukan kutukan .